Belajar Menulis Opini Kuat yang Layak Muat di Media Massa

29 Mar 2021

Sebagai manusia dengan akal budi, setiap orang akan mempunyai pandangan pribadi terhadap suatu hal. Pandangan ini merupakan opini yang fakta dan kebenarannya relatif pada masing-masing pribadi yang berpendapat. Kebanyakan mungkin berpikir bahwa opini atau pendapat pribadi tidak akan dimuat di media massa yang kental akan berita-berita penuh data dan fakta. Padahal, sah-sah saja apabila opini ingin dimuat di media massa, selama media yang dituju menyediakan kolom opini dan opini yang diberikan memenuhi syarat-syarat tertentu. Hal ini merupakan kesempatan bagi penulis maupun calon penulis, termasuk Fikomers, untuk memberikan wawasan mereka pada publik.

Agar Fikomers dapat menyampaikan opini mereka dengan baik di media massa melalui tulisan, Laboratorium Media Fikom UK Petra mengadakan pelatihan menulis opini di media massa bersama Endah Imawati selaku Editor Harian Surya. Pelatihan ini berlangsung pada Sabtu, 27 Maret 2021 pukul 10.00-12.00 WIB melalui Zoom. Sebelum pelatihan dimulai, peserta diminta untuk mengunggah tulisan opini mereka dengan ketentuan yang telah diberikan  dan di akhir pelatihan, Endah akan memberikan kritik dan saran terhadap tulisan tersebut.

Pelatihan dibuka dengan Endah menekankan bahwa tulisan opini yang dimuat di media massa tidak dapat disamakan dengan opini pada media lain, seperti media sosial. Opini di media massa perlu didukung oleh data, fakta, serta contoh kasus sebagai argumentasi dari gagasan utama opini tersebut. “Opini yang kamu tulis akan menjadi milik publik ketika sudah dimuat di media massa, sehingga perlu ada argumen yang dapat menambah wawasan pembaca,” ujar Endah. Selain itu, penulis perlu memakai contoh kasus sebagai bukti bahwa opini mereka tidak lepas dari kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar. Contoh kasus juga akan membantu penulis untuk memperoleh lebih banyak data dan fakta bagi opini mereka.

Proses menulis opini untuk dimuat di media massa terdiri dari tiga tahap, yaitu pra-penulisan, penulisan, dan penutup. Pada tahap pra-penulisan, penulis mempersiapkan data, fakta, dan contoh kasus terlebih dahulu sebagai ‘tameng’ yang akan mendukung opini saat diperdebatkan. Selanjutnya, penulis perlu memilih media yang akan ia tuju agar opini tersebut dapat menyesuaikan ketentuan dan rubrik dari media massa tersebut. Setelah memilih, penulis perlu membaca opini-opini yang sebelumnya pernah dimuat dalam media tersebut. Hal ini akan membantu penulis untuk mengetahui opini-opini seperti apa yang umumnya diterima oleh media tersebut. Apabila penulis dapat menciptakan opini yang sesuai dengan ‘gaya’ media tersebut, maka kemungkinan opini tersebut untuk dimuat akan besar pula. Terakhir, penulis perlu memahami ‘aturan main’ dari media yang telah dipilih untuk mengurangi kemungkinan opini gagal dimuat di media tersebut.

Setelah melakukan persiapan pada tahap pra-penulisan, penulis dapat mulai menentukan judul yang menarik. Penulis perlu menciptakan judul yang menarik karena umumnya, media cetak tidak menyediakan tempat untuk visual yang dapat membantu menarik perhatian pembaca. Apabila judul sudah menarik, maka penulis perlu menciptakan lead atau kalimat utama pada paragraf pertama yang menarik pula. Lead ini akan menjadi ‘cubitan di awal’ untuk membuat pembaca terus membaca opini penulis. Setelah menciptakan lead yang menarik, penulis dapat mulai menuangkan gagasan utama dari opini. Gagasan utama dalam opini perlu memakai bahasa yang komunikatif dan ringkas, karena tidak semua pembaca akan memahami bahasa yang terlalu rumit seperti pada karya tulis ilmiah (KTI). Ide dari gagasan utama opini harus menarik, aktual, penting, dekat dengan pembaca, mendidik, menghibur, informatif, berperan sebagai kontrol sosial, dan termasuk sebagai human interest. Selain itu, isi gagasan utama perlu berempati dengan contoh kasus yang dipakai, agar tidak memberikan kesan bahwa contoh kasus tersebut hanya untuk kepentingan beropini saja.

Terakhir, penulis perlu memberikan penutup berupa kesimpulan atau solusi dari gagasan dalam opini mereka. Penutup ini tidak harus selalu berupa kesimpulan atau solusi, tetapi juga bisa berupa pesan-pesan moral yang berkaitan dengan opini penulis. Apabila bagian penutup cukup panjang, maka penulis dapat mulai menulis penutup pada badan opini selama tidak melenceng dari topik utama.

Menjelang akhir pelatihan, Endah mengungkapkan beberapa remeh-temeh atau hal-hal kecil namun penting yang umumnya kurang diperhatikan oleh para penulis opini. Ada sembilan remeh-temeh yang perlu diperhatikan, yaitu memiliki kalender event, dapat mengamati peristiwa secara jeli, mampu mengambil angle penulisan yang menarik, mampu untuk memberikan opini yang tidak menggurui, dan penguasaan terhadap topik opini. Endah terutama menekankan di kalender event, karena kadang-kadang penulis tidak tepat waktu saat mengirimkan opini mereka. “Pihak redaksi umumnya akan mengumpulkan opini-opini ini dua minggu sebelum dimuat, sehingga penulis harus tahu dengan jelas kapan kira-kira opini mereka seharusnya dikumpulkan agar dapat dimuat,” ujarnya.  Penulis juga perlu mempermudah pekerjaan redaksi dalam proses memilah opini yang akan dimuat, agar opini memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dimuat pula. Penulis dapat mempermudah redaksi dengan cara mengirim tulisan dalam format yang benar (.docx), memakai subjek yang jelas apabila mengirim tulisan melalui email, menulis data diri dalam dokumen opini yang dikirim, dan menaruh data-data lain yang diminta oleh redaksi ke dalam satu folderpenyimpanan.

 


Close previewer