Double Degree Program to Dongseo University: Life-Changing and Eye Opening!

02 Mar 2022

Double degree program menjadi hadiah Program Studi Ilmu Komunikasi UK Petra untuk mahasiswanya pada 2021, terkhusus bagi mahasiswa Broadcast & Journalism. Selain memperluas pengalaman dan relasi, mahasiswa akan mendapatkan dua gelar yakni Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Ikom.) dan Bachelor of Fine Arts (B.FA.). Program yang telah lama dinanti mahasiswa ini dijalankan bersama Dongseo University (DSU), Busan yang dikenal unggul dalam bidang film dan teknologi informasi. Jessica Kristian Mantiri, mahasiswi Program Broadcast & Journalism angkatan 2018, menjadi peserta pertama yang mengikuti program ini pada Maret 2021 hingga Februari 2022.

“Sampai di Korea sebenarnya bulan Februari 2021 untuk persiapan dan adaptasi, lalu sekolah dimulai pada awal Maret 2021 yang juga menandakan spring semester,” terang Jeka, panggilan akrabnya. Sejak pertama kali mengetahui informasi program, ia sangat antusias dan langsung menyiapkan semua berkas yang dibutuhkan. Pembelajaran dan praktik nyata bersama pegiat seni di Negeri Ginseng membayang di pelupuk mata. Samakah ekspektasi tersebut dengan realita yang ditemuinya dalam double degree program?

Jeka menyebutkan, ia bergabung dengan Jurusan Film & Visual Effect (VFX) DSU dalam spring semester yang juga disebut semester ganjil. “Semester ini tergolong advance, lalu banyak belajar tentang teknis pre-production, termasuk software yang aku belum banyak pakai,” ujarnya. Proyek produksi film yang dijadikan ujian akhir pun sudah diinformasikan sejak awal, sehingga semester ini juga digunakan Jeka bersama timnya untuk melaksanakan pre-production. Mulai dari menulis naskah, membuat storyboard, menyusun budgeting, hingga memikirkan visual effect dengan menggunakan green screen juga dipikirkan. Untuk menambah pengalaman dan pemahamannya terkait produksi film, ia pun bergabung dalam beberapa study group pada summer break di bulan Juli hingga Agustus 2021. Produksi film kelompok Jeka dilaksanakan selama fall semester atau semester genap pada September hingga Desember 2021.

Diakuinya, terlibat langsung dalam proses pembuatan film membuat pengalaman double degree semakin bermakna. Bekerja sama dengan mahasiswa lintas negara turut membuat Jeka belajar lebih dari dunia film, yakni terkait toleransi dan saling menghargai. “Karena pembuatan film dilakukan secara berkelompok dan anggota kelompok terbatas, jadi ada beberapa kelompok yang meminta bantuan anggota kelompok lain untuk sekadar meramaikan adegan, supaya set tidak terlihat ‘kosong’,” kenangnya. Setelah filming, anggota yang membantu ini normalnya diberikan konsumsi atau diajak makan bersama kelompok yang dibantunya sebagai ucapan terima kasih. Jeka menambahkan, hal ini merupakan budaya yang tidak asing bagi pegiat film di Korea. Tim yang tergabung akan makan malam bersama untuk merayakan selesainya seluruh filming. Selama proses ini, tak jarang mahasiswa berinteraksi sambil makan bersama dosen yang membimbing. 

Pengalaman paling berkesan bagi Jeka tiba saat ia melakukan winter internship bulan Desember 2021 hingga Februari 2022. Ia menjadi kru produksi film yang dilaksanakan oleh tim profesional, mulai dari sutradara hingga aktor yang membintangi. Bahkan, Jeka berkesempatan melihat langsung akting Kim Min Sang, aktor kawakan Korea. Pengalaman yang hanya didapatkan melalui double degree program ini membuatnya lebih mengapresiasi praktisi pegiat film dan film itu sendiri. “Sebagai penonton, mudah sekali untuk kita melihat film dan melontarkan kritikan,” Ia berhenti sejenak sebelum melanjutkan, “Bukan berarti kritikan itu tidak boleh, tetapi dengan aku sudah merasakan langsung proses pembuatannya, aku bisa lebih menghargai film sebagai suatu produk final bahkan jika (film itu) tidak sesuai ekspektasi.”

Hal ini pula yang menjadi kekuatannya saat memproduksi film untuk proyek ujian akhir bersama timnya. ‘Until Graduation Comes’ menjadi buah karya dengan Jeka sebagai Director of Photography (DOP) yang juga berkontribusi untuk pengaturan lighting. Film pendek berdurasi 27 menit ini mengisahkan kekhawatiran tiga mahasiswa akan masa depan, yang justru berdampak pada kehidupan masa kini. Film bergenre thriller ini berhasil menyabet penghargaan Best Editing kala dilombakan dalam Digital Art Show dengan film-film karya mahasiswa DSU lainnya. Lebih lanjut, Jeka menjadi perwakilan international students di Korea untuk sharing kesan dan pesan selama mengikuti double degree program pada pembukaan Digital Art Show. ‘Until Graduation Comes’ kini dapat ditonton melalui saluran YouTube 3AM Production dengan judul yang sama.

Mengingat kembali momen-momen produksi film tersebut, Jeka tertawa kecil sembari satu telapak tangannya menutupi wajahnya. Ia seolah menyimpan memori tersebut sebagai kenangan yang manis, namun juga bersyukur bahwa masa itu telah berakhir. “Kami filming selama lima hari, yang paling lama dari jam 10 pagi sampai 5 pagi keesokan harinya,” ujarnya. Ditambah lagi, produksi filmnya berlangsung pada musim gugur hingga awal musim dingin. Proses produksi film yang menuntut dan memakan waktu merupakan pengalaman baru bagi mahasiswi yang menggemari grup musik NCT ini. “Kesehatan jadi terpengaruh, sempat merasa pusing dan nyeri,” akunya. Obat pereda nyeri dan sakit kepala pun menjadi pertolongan pertama bagi Jeka. Syukurnya, ia dapat menyelesaikan film dengan sehat. “Meskipun sangat melelahkan, aku mau tetap bersyukur. 매도 먼저 맞는 게 낫다,” ujarnya, menggunakan ungkapan Korea yang memiliki kesamaan makna dengan ‘berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian’.

Berada di negara dengan industri perfilman yang berkibar, Jeka tidak melewatkan kesempatan untuk menghadiri Busan International Film Festival (BIFF) dan Busan Short International Film Festival (BSIFF) yang kerap menjadi sorotan dunia. “Sayangnya, nggak sempat hadir saat opening BIFF karena sedang sibuk di kuliah, padahal host-nya Song Joong Ki,” sesalnya sambil tertawa. Meski demikian, mahasiswi ini gembira dapat menonton masing-masing 1 film pilihan secara cuma-cuma dengan tiket yang dibagikan untuk mahasiswa perfilman. Penggemar buku tulisan Dee Lestari ini juga menjadi saksi tingginya minat masyarakat internasional terhadap karya anak bangsa, terbukti dengan tiket film Penyalin Cahaya (judul internasional: Photocopier) yang habis dalam waktu singkat. Segala pengalaman yang didapatnya secara langsung dalam double degree program ini membuat semangatnya sebagai pelajar di bidang broadcasting kian bergelora.

Pada akhir program, farewell mahasiswa asal Indonesia dilakukan secara akrab bersama Cho Seung Hoon selaku dosen wali. Jeka bersama mahasiswa lainnya diajak kilas balik perjalanan mereka sebagai international students melalui dokumentasi kegiatan formal dan informal. Tawa dan candaan yang hadir pada awal kegiatan perlahan menjadi tatapan haru dan seruan bangga, seiring mahasiswa menyadari bahwa setiap pembelajaran tidaklah mudah dan tidak selalu menyenangkan, tetapi kian mendewasakan dan berharga untuk dijalani hingga kelak meniti karir. Acara dilanjut dengan pemberian toga dan piagam non-resmi sebagai penghargaan bagi mahasiswa. Nantinya, piagam dan gelar resmi (Bachelor of Arts) akan diberikan saat mahasiswa menyelesaikan program pendidikan sarjana di universitas asal.

Bagi Jeka, keputusannya mengikuti double degree program tidak lepas dari dukungan orang tua dan keinginan untuk maju. Meski terselip kekhawatiran tentang tinggal jauh dari keluarga dan tempat yang telah familiar untuknya, Jeka memilih untuk menatap peluang yang ada dengan optimis sekaligus memberikan upaya terbaik. Ia menegaskan, “Nilai memang bukan segalanya, tetapi tetap menjadi tanggung jawabku sebagai mahasiswa.” Ia pun melengkapi kemampuan akademiknya dengan pengalaman di lapangan yang memperkaya pengetahuannya sebagai pelajar. Kegiatan mahasiswa, proyek yang ditawarkan, hingga uluran tangan dari mahasiswa lain yang ingin berkenalan bisa jadi kesempatan yang hadir sekali seumur hidup. “Namun, ingat juga kapasitas kita sebagai manusia, baik fisik maupun mental,” tambahnya. 

Berkaca dari film ‘Until Graduation Comes’, Jeka belajar untuk tidak sering-sering menoleh ke belakang dan mengkhawatirkan masa depan. “Berada di Korea yang memiliki 4 musim membuatku lebih sadar pentingnya live in the moment. Musim berganti dengan cepat, kalau tidak mensyukuri kehidupan saat ini, aku bisa menyesal dan itu akan terus berulang. Selalu ada yang bisa dinikmati dalam setiap musim, begitu juga dengan kehidupan,” terangnya. 

 

Sukses selalu untuk Jeka!**


Close previewer