Kontribusi untuk Bumi dari Film Dokumenter

06 Mei 2022

FIlm dokumenter yang diproduksi Nicky Christian, Marcella Valencia, Aurelia Angelica, dan Shania Carmelita sukses menjadi Best Short Film kategori Documentary dalam ajang perlombaan film internasional One Earth Awards 2021 Season 6. Mengangkat topik Lalat Tentara Hitam atau dikenal juga dengan Black Soldier Fly (BSF), empat mahasiswa program Broadcast & Journalism angkatan 2019 ini mendapat inspirasi dari permasalahan lingkungan di Indonesia. “Saat membayangkan lalat, yang terpikir biasanya hewan di sekitar sampah, padahal jenis dan peran lalat beragam,” ujar Nicky.

Film dokumenter berjudul ‘BSF Flies: Today’s Garbage Predators’ tersebut memperkenalkan BSF sebagai jenis lalat yang dapat membantu pengolahan sampah sisa makanan, terutama ketika berada di fase maggot. “Selain itu, lalat ini tidak mendatangkan penyakit,” terang Marcella. Diakuinya, pembelajaran di dalam kelas, khususnya dari mata kuliah Produksi Film Dokumenter, membantu timnya menentukan subjek film lebih tajam dan detail. Aurelia melanjutkan, “Bimbingan dari dosen dalam proses produksi film juga membuat hasilnya lebih maksimal dan terarah.”

Mata kuliah ini pula yang mendorong mahasiswa untuk mengikutsertakan karyanya dalam festival film. “Baik (festival) tingkat regional ataupun internasional, yang penting karya tidak berhenti sampai di laptop saja,” ujar Shania, “karena itulah kami mengusahakan yang terbaik selama proses produksi.” Tantangan yang dihadapi oleh tim ini tidak berhenti pada diskusi intens pemilihan topik film, melainkan juga kendala lokasi setiap anggota. “Kami berempat berada di tiga daerah berbeda, yaitu Gresik, Semarang, dan Sumbawa,” jelas Marcella. Demi pengerjaan film dokumenter pun keempatnya sepakat untuk bertemu di Surabaya, sekaligus mengingat lokasi observasi adalah salah satu tempat pengelolaan sampah daur ulang di kota tersebut.

Sayangnya, tim ini harus batal melaksanakan observasi di tempat yang telah ditentukan tepat 1 hari sebelumnya. “Kami menghubungi tempat pengelolaan sampah ini beberapa hari sebelumnya, tapi tidak mendapat kabar. Kemudian, kami mendapat info lebih lanjut bahwa kunjungan orang luar tidak diterima” kata Aurelia. Tim ini mengingat kembali kendala memperoleh izin perekaman sebagai bagian dari proses memproduksi film dokumenter. “Membutuhkan waktu hampir satu bulan untuk mendapat izin rekam dari pusat daur ulang yang menjadi lokasi kami pada akhirnya,” kenang Nicky.

Usai tahap produksi diselesaikan, post-production menjadi tantangan berikutnya. Mengedit video dalam format film dokumenter dan berdurasi lama merupakan pengalaman pertama bagi tim ini. “Harus bisa bawa suasana dari awal film sampai akhir, sekaligus membawakan pesan yang ingin disampaikan,” ujar Shania. Melalui film dokumenter ini, tim berharap masyarakat dapat lebih memahami BSF secara lebih luas, termasuk bentuk fisik, perbedaan dengan lalat lain, siklus hidup, dan peran dalam setiap fase hidupnya untuk lingkungan. Mengingat topik film mengenai makhluk hidup, dokumenter mereka pun tergolong jenis dokumenter sains. Karena itu, tim ini memberanikan diri mengikuti perlombaan film internasional One Earth Awards yang bertemakan Bumi. 

Menyabet Best Short Film kategori Documentary, Nicky mengakui timnya bahkan sudah melupakan keikutsertaan dalam perlombaan tersebut. “Jadi, kami sangat kaget saat tahu (karya) menang, sampai butuh beberapa menit untuk mencerna berita tersebut,” tawanya. Bagi Fikomers yang hendak mengikuti festival film, tim ini turut menyemangati. “Yang penting coba dulu, tidak perlu takut gagal karena itu adalah proses menuju keberhasilan,” pesan Aurelia. 

Selamat untuk kemenangan dalam One Earth Awards. Soli Deo Gloria!


Close previewer